Tuesday, October 22, 2013

Psikologi Gestalt


Psikologi Gestalt adalah suatu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi gestalt disebut phenomena (gejala), sebab dalam suatu gejala terdapat dua unsur yakni objek dan arti. Objek adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah objek tersebut ditangkap oleh indra. Pada objek tersebut kita akan memberikan arti dan sekaligus kita mendapatkan suatu informasi dari objek tersebut. Orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Contohnya: Ketika kita sedang membaca koran, ada beberapa huruf yang terpotong-potong karena tinta hasil fotocopy yang kurang jelas. Namun, pada akhirnya kita dapat membaca tulisan tersebut dengan memperkirakan huruf apa saja yang tertulis. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar Gestalt :
Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik individu.
Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam
menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsur-unsur yang terkandung dalam suatu masalah.
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu setiap waktu.
Belajar berdasarkan pemahaman akan lebih dalam dan lebih dapat digeneralisasikan ketimbang belajar yang hanya berdasarkan ingatan tanpa pemahaman. Agar benar-benar belajar siswa harus melihat hakikat atau struktur dari problem dan mereka harus melakukannya sendiri.
Contoh :
(1)   Siswa diperkenalkan dengan persegi panjang, dan diajari mnghitung luas persegi panjang.
(2)   Kemudian dia dihadapkan dengan jajaran genjang. Ia diharapkan menghitung luas dari jajaran genjang tersebut.
(3)   Siswa yang tadinya mempelajari tentang menghitung persegi panjang, ia menarik garis tegak lurus sehingga membentuk segitiga. Kemudian segitiga itu dipotong dan digabungkan kesisi sebelahnya sehingga menjadi persegi. Ia menghitung luasnya dengan panjang kali lebar. Siswa yang melakukan hal ini akan mampu memecahakan berbagai problem dibandingkan siswa lainnya yang tidak tahu atau tidak memiliki wawasan seperti ini.
Contoh lain: seorang anak baru saja belajar tentang seorang tokoh yang bernama Scheuneun. Anak yang tahu bahwa konsonan “sch”, vocal “eu” yang dibaca “oi” itu identik dengan bahasa Jerman, maka anak itu akan mengetahui atau mengingat dengan baik tokoh tersebut dan darimana asalnya.

No comments:

Post a Comment