Thursday, March 20, 2014

Batu Menangis

Cerita Legenda Kalimantan

 

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup di tempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.

Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis tersebut, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakang itu ibumu?". Namun, apa jawaban anak gadis itu?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budak!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, Ia selalu menjawab bahwa seseorang yang berjalan di belakang adalah bukan ibunya. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.

Pada mulanya Sang ibu masih dapat menahan diri ketika mendengar jawaban putrinya tersebut. Namun setelah berulang kali mendengar jawaban yang sama dan amat menyakitkan hati, akhirnya ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Kemudian Sang ibu berdoa.

"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".

Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi.

Dari cerita legenda batu menangis tersebut, tersirat hikmah di dalamnya. Bahwa kita sebagai seorang anak harus berbuat baik kepada orang tua, terutama kepada Ibu. Seperti hadits dari Nabi Muhammad saw, Beliau  mengatakan hormatilah ibumu sampai tiga kali, kemudian hormati ayahmu. Tiada yang lebih baik dari Ibu, karena Beliaulah yang telah mengandung selama 9 bulan dan rela bersusah payah tanpa pamrih untuk menjaga dan merawat anaknya. Berbuat baiklah kepada Ibumu. Jangan menyakiti hatinya karena ucapan dan perbuatanmu. Jikalau kita berbuat salah, segeralah meminta maaf. Do’a Ibu tiada penghalang dengan Tuhan, maka doanya sangatlah mustajab atau dapat langsung dikabulkan. Maka jagalah sikap dan perilaku kita terhadap orang tua, terutama Ibu. Jangan sampai membuat mereka mendoakan yang tidak baik kepada kita. Ridho orang tua adalah ridho Tuhan, dan murkanya orang tua adalah murkanya Tuhan.

No comments:

Post a Comment